Friday, May 18, 2007

Eskatologi Dalam Perjamuan Kudus

Kebanyakan kita mengikuti perjamuan kudus dengan orientasi pada masa lalu: apa yang telah Kristus lakukan buat kita di atas kayu salib. Ditandai dengan lagu-lagu seputar kisah sengsara Kristus yang dinyanyikan saat perjamuan kudus. Tentu saja, konotasi ini tidak sepenuhnya salah. Namun, setelah belajar teologi sakramen, saya mulai menyadari bahwa perjamuan kudus juga menjadi momen yang agung untuk melihat "ke depan". Perjamuan kudus adalah pencicipan (foretaste) keindahan dan kenikmatan Kerajaan Surga yang akan sempurna ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya.

Perjamuan kudus berbentuk makanan dan minuman dan bukan suatu kebetulan bila Alkitab sering menggambarkan Kerajaan Surga sebagai jamuan makan. Tuhan Yesus sendiri memberikan perumpamaan perjamuan kawin (Matius 22:1-14). Dalam Wahyu 3:20-21, Tuhan Yesus melukiskan keintiman persekutuan antara Allah dan umat-Nya kelak seperti jamuan makan bersama. Lukisan ini digemakan kembali dalam Wahyu 19:6-10 sebagai jamuan Anak Domba.

Sesuai dengan budaya Yahudi, yang terpenting dalam jamuan makan adalah bukanlah apa yang dimakan atau tempat jamuan itu diadakan, tapi siapa yang ikut dalam jamuan itu. Dalam konteks ini, kita lebih mengerti sekarang kedalaman arti jamuan makan baik secara penggambaran dalam Alkitab atau sebagaimana yang dilakukan dalam perjamuan kudus. Allah ingin menekankan aspek kesatuan (union and communion) antara manusia dan Allah melalui perjamuan kudus.

Kesatuan kita dengan Allah yang terjadi secara spiritual dalam perjamuan kudus tidaklah sempurna. Oleh karena itu, ketika kita mengikuti perjamuan kudus, kita menanamkan kerinduan akan kedatangan Kristus yang kedua kali. Pada saat yang sangat mulia itu, kita akan mengalami kesatuan dengan Allah secara sempurna.

Setelah mempelajari aspek eskatologis perjamuan kudus, seorang sahabat saya dengan tulus dan antusias berkata bahwa doa yang patut dipanjatkan selama perjamuan kudus adalah, "Kristus, datanglah!" Karena dalam perjamuan kudus kita merasakan tegangan kehadiran Kerajaan Surga pada masa kini antara "already" dan "not yet". Setiap anak Tuhan yang hidup mengasihi Dia, pastilah menyimpan kerinduan akan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Profesor saya bahkan memberikan usulan yang patut dipertimbangkan yaitu untuk menyertakan lagu bertemakan kedatangan Kristus yang kedua kali dalam perjamuan kudus.

Maranatha!

1 comment:

suarbudaya said...
This comment has been removed by the author.