Tuesday, May 15, 2007

Lima Hal Tentang Talenta Musik

Keinginan untuk menjadi lebih trampil tidak cukup untuk menjadi seorang pemusik yang ilahi. Kita harus memiliki perspektif Allah dalam mengembangkan talenta kita. Setidaknya ada lima hal yang perlu kita ingat.

1. Talenta adalah pemberian Allah.
Tidak ada satu pun dari kita yang berhak mengklaim bahwa segala talenta adalah milik kita. Paul bertanya kepada jemaat di Korintus, "Apa yang kamu miliki tidak kamu terima? Jika kamu menerimanya, maka mengapa kamu bermegah seolah-olah kamu tidak menerimanya?" (1 Kor 4:7). Saya teringat percakapan dengan seorang mahasiswa yang sulit menerima kenyataan Allah harus menerima segala kemuliaan melalui talenta musiknya. Dia beralasan bahwa Allah bukanlah pihak yang berjam-jam bergumul dalam latihan musik. Mahasiswa tersebut tidak mengerti anugerah, yang mana bukan saja dalam bentuk talenta tapi juga kekuatan dan ketekunan untuk mengembangkan talenta. C.J. Mahaney berkata, "Setiap talenta dari Allah dimaksudkan untuk mengarahkan perhatian kita kepada Allah dan menciptakan cinta yang baru kepada Allah."

2. Talenta harus dikembangkan.
Michael Jordan adalah salah satu pebasket terbesar sepanjang sejarah. Bertahun-tahun, dia menjadi inspirasi bagi semua pebasket lainnya. Namun, sedikit yang dapat menyamainya. Kenapa? Karena mereka lupa bahwa untuk melampaui kehebatan Jordan maka mereka harus bekerja lebih keras dan lebih lama ketimbang Jordan. Dibutuhkan waktu untuk mengembangkan talenta. Mereka harus menyadari bahwa talenta itu sendiri bukan segalanya. Demikian pula dengan kita. Seorang pemusik yang besar menyediakan banyak waktu untuk mendengarkan musik, melatih penjarian, bermain bersama pemusik lainnya, dan benar-benar mengembangkan talentanya. Tujuan utama latihan adalah bukan supaya kita dapat memainkannya dengan benar, tapi kita dapat memainkannya tanpa salah.

3. Memiliki talenta tidak menjadikan kita lebih baik daripada orang lain.
Saya menjelaskan pernyataan ini melalui dua hal. Pertama, selalu ada orang yang lebih bertalenta daripada saya. Namun, ini tidak berarti saya tidak dapat menjadi efektif dalam bidang itu. Ini hanya berarti betapa bagusnya saya, masih ada yang mengungguli saya. Kedua, walaupun Tuhan menghargai talenta kita, tapi Dia tidak menerima kita semata-mata dari talenta yang kita miliki. Meskipun, kita mampu memainkan progresi kord yang istimewa, menulis musik yang indah, memiliki empat oktaf suara, ktia tetap membutuhkan karya penebusan Kristus agar permainan musik kita dapat diterima sebagai persembahan yang berkenan di hati Allah (1 Pet 2:5)

4. Talenta harus dievaluasi oleh orang lain.
Walaupun saya sudah menjadi pemimpin ibadah selama tigapuluh tahun, saya tetap tidak dapat menilai diri dengan jujur apakah yang saya lakukan bermanfaat bagi orang lain dan area mana yang masih harus saya kembangkan. Saya mengucap syukur kepada Tuhan untuk segala umpan balik yang saya peroleh selama latihan dan setelah pelayanan. Apakah aransemen saya cukup baik? Apakah saya menyanyikan lagu tersebut terlalu banyak? Apakah bicara saya jelas? Apakah saya bermain musik terlalu menonjol? Kita membutuhkan mata dan telinga orang lain. Dievaluasi orang lain adalah pengalaman yang menjadikan kita rendah hati namun sangat berguna.

5. Talenta dan ketrampilan bukan akhir segalanya.
Talenta dapat dengan mudah menjadi tujuan dan fokus kita. Kalau sudah begitu, maka talenta menjadi berhala kita. Kita menjadi terobsesi untuk menjadi yang terbaik dan tidak sabar terhadap mereka yang lebih rendah talentanya. Kita tidak lagi mengutamakan persiapan rohani. Kita mendedikasikan diri kita sepenuhnya hanya untuk musik. Kita mengevaluasi kegagalan dan kesuksesan hanya berdasarkan teknis musik. Beberapa tahun lalu, saya membaca komentar seorang Pendeta, "Tuhan tidak mencari sesuatu yang brilian, tapi hati yang hancur."

(Terjemahan bebas dari artikel oleh Bob Kauflin di www.worshipmatters.com)

No comments: